Wall Street tergelincir tajam pada Senin (7 Juli) waktu setempat, menyusul pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai pemberlakuan tarif baru terhadap Jepang, Korea Selatan, dan sejumlah mitra dagang lainnya. Sentimen negatif ini semakin diperparah oleh anjloknya saham Tesla setelah CEO Elon Musk mengumumkan pembentukan partai politik baru di Amerika Serikat.
Melansir Reuters, indeks Dow Jones merosot 422,17 poin atau 0,94% ke level 44.406,36. Indeks S&P 500 juga turun 49,37 poin atau 0,79% menjadi 6.229,98, sementara Nasdaq terperosok 188,59 poin atau 0,91% ke posisi 20.412,52.
Saham Tesla menjadi penekan terbesar di indeks S&P 500, jatuh 6,8% setelah Musk mengumumkan pembentukan partai barunya yang dinamakan “America Party”. Langkah ini dinilai memperuncing ketegangan antara dirinya dan Presiden Trump, memicu kekhawatiran investor. Penurunan ini menandai kemerosotan harian terbesar bagi Tesla sejak 5 Juni dan penutupan terendah sejak tanggal tersebut.
Kekhawatiran pasar semakin mendalam setelah Trump merinci tarif baru terhadap impor dari Jepang dan Korea Selatan yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus. Ketidakpastian global kian membesar ketika Trump juga mengumumkan tarif serupa terhadap Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Laos, dan Myanmar dalam sesi perdagangan sore. Padahal, pekan sebelumnya Nasdaq dan S&P 500 sempat mencetak rekor penutupan harian selama tiga sesi berturut-turut, didorong oleh laporan ketenagakerjaan yang kuat pada Kamis (4 Juli).
“Pasar sebelumnya menilai risiko tarif sudah mereda. Namun, dengan kembalinya isu tarif, pasar menjadi lebih gelisah,” ujar Emily Roland, Co-Chief Investment Strategist di Manulife John Hancock Investments, Boston. Roland menambahkan, “Investor sempat memasuki fase optimisme berlebih, dan sekarang mulai menarik diri.” Meskipun demikian, Roland berharap bahwa pengumuman ini belum final. “Pola sebelumnya menunjukkan, Trump kerap mengumumkan tarif agresif lalu melunak. Siklus itu bisa terulang,” tambahnya.
Investor kini menanti pengumuman tarif lebih lanjut, setelah Trump menyatakan bahwa AS hampir menyelesaikan sejumlah kesepakatan dagang dan akan mengumumkan tarif tambahan pada 9 Juli, yang akan berlaku efektif mulai 1 Agustus. Tak hanya itu, Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif tambahan 10% terhadap negara-negara yang “bersekutu dengan kebijakan anti-Amerika” dari kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Sebagai kilas balik, pada April lalu, pengumuman tarif awal sebesar 10% hingga 50% juga sempat mengguncang pasar, menyebabkan Nasdaq memasuki pasar bearish sebelum pulih dan mencetak rekor baru pada akhir Juni.
Dari sektor individual, sembilan dari 11 sektor utama di indeks S&P 500 melemah. Sektor consumer discretionary turun 1,25%, sementara sektor energi merosot 1,04%. Di sisi lain, sektor utilitas menguat tipis 0,17% dan sektor consumer staples naik 0,11%. Sorotan juga tertuju pada saham WNS Holdings yang melonjak 14,3% setelah Capgemini, perusahaan IT asal Prancis, menyepakati akuisisi senilai US$ 3,3 miliar secara tunai.
Kebijakan tarif Trump yang kembali mencuat memicu kekhawatiran inflasi, berpotensi mempersulit langkah The Fed dalam menurunkan suku bunga. Risalah rapat The Fed bulan Juni yang akan dirilis pada Rabu (10 Juli) diharapkan memberikan sinyal arah kebijakan ke depan. Menurut CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 95% kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada Juli, dengan peluang pemangkasan suku bunga pada September mendekati 60%. Fokus investor juga tertuju pada paket pemotongan pajak dan belanja yang baru ditandatangani Trump pekan lalu, yang diperkirakan akan meningkatkan defisit anggaran lebih dari US$ 3 triliun dalam satu dekade ke depan.