Wall Street Lesu Jelang Tarif Baru AS-China: Peluang atau Ancaman?

Pinjam Indonesia. Pasar saham Wall Street menunjukkan pergerakan yang cenderung datar pada pembukaan perdagangan Jumat (25/7/2025) waktu setempat. Kondisi ini terjadi setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq berhasil mencetak rekor penutupan tertinggi sehari sebelumnya, menandakan suasana pasar yang berhati-hati namun optimistis.

Fokus utama investor kini tertuju pada dinamika pembicaraan dagang global. Hal ini krusial menjelang tenggat waktu penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat pada 1 Agustus, yang berpotensi membentuk arah pasar ke depan. Pada awal perdagangan, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau naik 63,4 poin (0,14%) mencapai level 44.757,28. Sementara itu, S&P 500 menguat tipis 6,7 poin (0,10%) ke posisi 6.370,01, dan Nasdaq Composite hanya bertambah 2 poin (0,01%) ke 21.059,941, mencerminkan kehati-hatian pasar.

Optimisme pasar sebagian besar dipicu oleh harapan kuat bahwa Uni Eropa akan segera menuntaskan kesepakatan dagang dengan Washington. Tidak hanya itu, negosiasi dengan Korea Selatan juga dilaporkan menunjukkan kemajuan signifikan. Fenomena ini mencerminkan tren global di mana banyak negara berupaya keras mencapai kesepakatan dagang demi menghindari potensi lonjakan tarif impor yang akan diberlakukan AS pada awal bulan depan.

Tim analis Societe Generale, yang dipimpin oleh Adam Kurpiel, mengemukakan bahwa perkembangan seputar tarif telah menjadi pendorong utama sentimen risiko pasar, memicu minat pada aset-aset berisiko sepanjang pekan ini. Namun, mereka mengingatkan bahwa volatilitas pasar masih sangat mungkin terjadi menjelang batas waktu 1 Agustus. Selain isu dagang, sentimen pasar juga mendapat dukungan kuat dari rilis kinerja keuangan kuartal II yang secara umum menggembirakan. Data dari LSEG menunjukkan, dari 152 perusahaan anggota S&P 500 yang telah merilis laporan hingga Kamis, sebanyak 80,3% berhasil mencatatkan laba di atas ekspektasi para analis.

Kendati demikian, optimisme pasar tidak berlaku bagi semua saham unggulan. Beberapa di antaranya justru mencatatkan pelemahan signifikan selama sepekan terakhir. Saham Tesla dan General Motors, misalnya, mengalami penurunan mingguan terdalam dalam hampir dua bulan terakhir. CEO Tesla, Elon Musk, telah memberikan peringatan mengenai prospek kuartal mendatang yang lebih menantang akibat adanya pemangkasan subsidi kendaraan listrik (EV) di AS. Di sisi lain, General Motors terpukul keras setelah melaporkan beban sebesar US$1,1 miliar dalam laporan keuangan kuartal II mereka, sebagai dampak langsung dari kebijakan tarif impor agresif yang diterapkan Presiden Donald Trump. Sementara itu, saham Intel anjlok 7,5% dalam perdagangan pre-market pada Jumat, menyusul proyeksi kerugian kuartal III yang lebih besar dari perkiraan pasar, serta pengumuman rencana pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan semikonduktor tersebut.

Selain perkembangan dagang dan laporan korporasi, fokus utama investor juga beralih pada rapat kebijakan moneter The Federal Reserve yang dijadwalkan pekan depan. Pelaku pasar umumnya memperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan, sembari terus mengevaluasi bagaimana dampak kebijakan tarif terhadap laju inflasi. Namun, kondisi bank sentral ini semakin rumit dengan adanya tekanan politik yang kuat dari Gedung Putih. Presiden Donald Trump secara terbuka melontarkan kritik keras kepada Ketua The Fed, Jerome Powell, karena tidak menurunkan suku bunga, bahkan mengisyaratkan keinginannya untuk mengganti Powell dari jabatannya. Dalam sebuah langkah yang mengejutkan, Trump bahkan dilaporkan mendatangi kantor pusat The Fed pada Kamis, secara langsung mengecam proyek renovasi senilai US$2,5 miliar yang sedang berlangsung. Ketidakpastian mengenai kelanjutan masa jabatan Powell ini kini menjadi faktor yang mendorong investor untuk secara cermat memperhitungkan potensi reaksi pasar jika terjadi pergantian kepemimpinan di The Fed. Berdasarkan alat FedWatch milik CME, pelaku pasar saat ini memperkirakan adanya peluang sebesar 60,5% bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pada bulan September mendatang.

Di sisi lain dari dinamika korporasi, beberapa berita penting turut mewarnai pasar. Saham Newmont, emiten tambang emas terkemuka, mencatatkan kenaikan 2,3% setelah berhasil membukukan laba kuartal II yang melampaui ekspektasi para analis. Sebaliknya, saham Centene, perusahaan asuransi kesehatan, anjlok signifikan sebesar 15% setelah melaporkan kerugian mengejutkan pada kuartal terakhir. Sementara itu, Deckers Outdoor berhasil menunjukkan kinerja positif dengan melaporkan pendapatan dan laba kuartal I yang melampaui estimasi pasar.

Scroll to Top