Pinjam Indonesia. Mayoritas bursa saham di kawasan Asia-Pasifik terpantau melemah pada Senin (7/7). Pelemahan ini terjadi menyusul pernyataan tegas dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang menegaskan bahwa kebijakan tarif yang telah diumumkan pada April lalu akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus mendatang. Kebijakan ini menyasar negara-negara yang belum mencapai kesepakatan dagang dengan AS.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada Minggu (6/7) juga memperkuat pernyataan tersebut. Ia menyatakan bahwa tarif yang telah diumumkan sejak April akan ditegakkan mulai 1 Agustus, kecuali negara-negara terkait berhasil menyelesaikan perundingan dagang dengan pemerintahan Trump. Meskipun menepis anggapan bahwa 1 Agustus adalah tenggat waktu baru, Bessent mengakui bahwa tanggal tersebut dapat memberikan waktu tambahan bagi mitra dagang untuk merundingkan ulang ketentuan tarif.
Pernyataan ini sontak memicu sentimen negatif di pasar modal regional. Di Jepang, Indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,26%, sementara indeks Topix juga melemah 0,18%. Kondisi serupa juga terlihat di Korea Selatan, dengan indeks Kospi yang tergelincir 0,48% dan Kosdaq melemah 0,5%.
Berbeda tipis, indeks acuan Australia, S&P/ASX 200, terpantau dibuka nyaris stagnan, menunjukkan sedikit ketahanan dibandingkan pasar lain di Asia. Sementara itu, kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong tercatat di level 23.899, sedikit lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 23.916,06, mengindikasikan prospek yang kurang cerah.
Di tengah dinamika pasar saham, Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memulai pertemuan kebijakan moneter dua harinya. Pasar secara luas memperkirakan RBA akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sehingga menjadi 3,60%. Keputusan ini akan menjadi perhatian utama para investor di kawasan.
Sebagai informasi tambahan, sentimen global pada akhir pekan sebelumnya menunjukkan arah yang berbeda. Pada Jumat (4/7) lalu, Wall Street mencatat penguatan signifikan. Ketiga indeks utama ditutup menguat, dengan indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average bahkan mencetak rekor tertinggi baru. Kinerja positif ini didorong oleh sentimen positif dari rilis kinerja keuangan kuartal III dari sektor perbankan. Indeks Nasdaq Composite juga turut naik 0,33% ke level 18.342,94, hanya kurang dari 2% dari rekor tertinggi sepanjang masa.
Ringkasan
Mayoritas bursa saham di kawasan Asia-Pasifik melemah pada Senin (7/7) setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai pemberlakuan tarif mulai 1 Agustus bagi negara-negara yang belum mencapai kesepakatan dagang. Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperkuat pernyataan ini, meskipun mengindikasikan tanggal tersebut sebagai waktu tambahan untuk negosiasi ulang. Akibatnya, indeks-indeks utama seperti Nikkei 225, Topix, Kospi, dan Kosdaq menunjukkan koreksi signifikan.
Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka nyaris stagnan, sementara kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong juga melemah. Bank Sentral Australia (RBA) memulai pertemuan kebijakan moneter dua harinya, dengan ekspektasi pasar akan adanya pemotongan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Sentimen ini berbeda dengan Wall Street, yang justru mencatat penguatan signifikan pada akhir pekan sebelumnya, didorong oleh kinerja keuangan positif dari sektor perbankan.