Pinjam Indonesia – Kabar baik kembali berhembus di pasar kripto menjelang pengumuman kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada 17 September 2025. Peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin kini semakin nyata, dengan 99 persen pelaku pasar yakin akan terjadinya hal tersebut. Angka ini melonjak tajam dari 91,4 persen pada hari sebelumnya, menurut Fed Rate Monitor Tool dari Investing.com.
Namun, harapan ini belum sepenuhnya menjelma menjadi optimisme di pasar kripto dalam jangka pendek. Data hingga Senin, 18 Agustus 2025 pukul 19.00 WIB menunjukkan adanya koreksi yang melanda hampir seluruh aset digital utama.
Bitcoin (BTC), sang penguasa pasar, mengalami penurunan sebesar 2,70 persen dalam 24 jam terakhir dan diperdagangkan di kisaran USD 114.723–118.595. Dalam sepekan terakhir, BTC telah melemah 4,15 persen dan dalam 30 hari terakhir turun 2,57 persen. Meskipun demikian, dalam rentang 90 hari, BTC masih mencatatkan pertumbuhan 9,70 persen, dan sejak awal tahun telah menguat 22 persen.
Ethereum (ETH), aset kripto terbesar kedua, juga mengalami tekanan serupa. Dalam 24 jam terakhir, ETH merosot 5,28 persen menjadi USD 4.229–4.568. Walaupun sempat mencatat reli yang kuat dalam tiga bulan terakhir dengan kenaikan 71,21 persen, koreksi harian dan sinyal tekanan jangka pendek ini menunjukkan bahwa pasar masih dihantui ketidakpastian.
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global mengalami penurunan sebesar 3,47 persen menjadi USD 3,88 triliun. Indeks CMC100, yang merepresentasikan 100 aset digital utama, turun 3,46 persen menjadi USD 240,85. Sementara itu, Indeks Ketakutan & Ketamakan (Fear & Greed Index) berada di level netral 56, yang menandakan bahwa investor masih berada dalam fase “tunggu dan lihat”.
Fenomena ini menggambarkan betapa eratnya korelasi antara ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Fed dan pergerakan pasar kripto. Sejak kripto semakin diterima sebagai kelas aset alternatif, sentimen terhadap suku bunga The Fed, yang biasanya lebih relevan bagi pasar saham dan obligasi, kini juga memberikan dampak langsung bagi Bitcoin, Ethereum, dan berbagai altcoin lainnya.
Dalam satu dekade terakhir, pola yang berulang sering terjadi: ketika The Fed menaikkan suku bunga, likuiditas global cenderung menyusut dan pasar aset berisiko seperti kripto terkena dampak negatifnya. Kenaikan suku bunga mendorong investor untuk mengalihkan portofolio mereka ke aset-aset yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah AS. Sebaliknya, ketika The Fed menurunkan suku bunga, pasar kripto sering kali mendapatkan angin segar karena biaya pinjaman menjadi lebih murah, sehingga meningkatkan likuiditas dan mendorong permintaan terhadap aset-aset spekulatif.
Sebagai contoh, pada Maret 2020, saat pandemi COVID-19 mencapai puncaknya, The Fed memangkas suku bunga menjadi mendekati nol. Langkah ini memicu reli yang luar biasa bagi Bitcoin, yang saat itu melonjak dari kisaran USD 5.000-an ke level tertinggi sepanjang masa (ATH) di atas USD 60.000 dalam satu setengah tahun berikutnya. Begitu pula pada akhir tahun 2021 hingga 2022, ketika The Fed mulai agresif menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, pasar kripto mengalami penurunan yang tajam.
Lalu, bagaimana dengan situasi saat ini?
Ekspektasi pemangkasan suku bunga pada September 2025 memberikan harapan bagi para pelaku pasar bahwa era likuiditas ketat mungkin akan segera berakhir. Namun, para investor tampaknya masih menunggu konfirmasi yang lebih kuat dari The Fed melalui pidato-pidato Jerome Powell, termasuk dari simposium Jackson Hole yang akan digelar pada 21–23 Agustus mendatang. Belum lagi, data makroekonomi Amerika Serikat, seperti inflasi dan data tenaga kerja, juga masih menjadi penentu arah kebijakan.
Koreksi yang terjadi dalam 24 jam terakhir, meskipun tidak ekstrem, menjadi pengingat bahwa euforia yang terlalu dini dapat berbalik menjadi tekanan jika realisasi tidak sesuai dengan ekspektasi. Kapitalisasi pasar Ethereum, misalnya, turun menjadi USD 518,61 miliar, meskipun masih berada di peringkat kedua dengan dominasi 13,32 persen.
Sementara Bitcoin masih menguasai 58,93 persen pangsa pasar kripto global, yang menunjukkan bahwa dominasi BTC meningkat justru saat pasar sedang terkoreksi. Ini menjadi tanda bahwa pelaku pasar cenderung menarik modal dari altcoin dan kembali ke aset utama saat ketidakpastian meningkat.
Bagaimana sebaiknya investor menyikapi situasi ini?
Investor jangka pendek perlu bersiap menghadapi volatilitas tinggi dalam beberapa pekan ke depan. Volatilitas ini dapat berasal dari pidato Jerome Powell, data inflasi AS, maupun keputusan suku bunga pada 17 September.
Investor jangka panjang justru dapat melihat momen ini sebagai peluang akumulasi, terutama jika mereka yakin pada fundamental kripto sebagai kelas aset masa depan yang terus tumbuh.
Dengan korelasi yang semakin erat antara arah kebijakan The Fed dan harga kripto, investor perlu memahami bahwa pasar kripto kini telah menjadi bagian dari lanskap keuangan global, bukan lagi pasar pinggiran yang berjalan sendiri.
Saat ini, menantikan sinyal kuat dari bank sentral paling berpengaruh di dunia menjadi kunci bagi langkah selanjutnya, apakah kita akan menyaksikan reli baru, atau justru fase konsolidasi yang lebih panjang.