Thailand-Kamboja Damai
Dalam langkah signifikan menuju de-eskalasi ketegangan, pemimpin Thailand dan Kamboja telah mencapai kesepakatan untuk menghadiri pembicaraan mediasi yang krusial. Dialog ini bertujuan untuk meredakan konflik perbatasan yang telah berlangsung lama di antara kedua negara, dengan Malaysia mengambil peran sebagai penengah utama dalam upaya rekonsiliasi ini.
Pembicaraan yang sangat dinanti-nantikan tersebut dijadwalkan akan digelar pada pukul 15.00 waktu setempat. Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechatachai, dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, dikabarkan akan berdialog langsung, menunjukkan komitmen tingkat tertinggi dari kedua belah pihak untuk mencari solusi damai atas sengketa yang ada.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Mohamad Hasan, pada Minggu (27/7), menekankan kepercayaan penuh yang diberikan kepada negaranya. “Mereka sangat percaya pada Malaysia dan meminta saya menjadi mediator,” ujar Mohamad Hasan, seperti yang dikutip dari Reuters, menggarisbawahi posisi netral dan dihormati Malaysia dalam mediasi konflik ini.
Latar belakang pembicaraan di Malaysia ini tak lepas dari inisiatif Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang juga menjabat sebagai ketua ASEAN 2025, yang sebelumnya mengusulkan gencatan senjata. Dukungan internasional juga terlihat dari pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Sabtu (26/7), yang menyebut bahwa Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk bekerja sama dalam upaya gencatan senjata, memperkuat harapan akan resolusi yang berkelanjutan.
Kesepakatan mediasi ini muncul setelah ketegangan perbatasan kembali memanas pekan lalu, di mana Bangkok dan Phnom Penh saling menuduh sebagai pihak yang memicu permusuhan. Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan bahwa Thailand telah melancarkan serangan penembakan dan serangan darat pada Minggu pagi di beberapa titik di sepanjang perbatasan. Sebaliknya, militer Thailand menuduh Kamboja telah melepaskan tembakan ke sejumlah daerah, termasuk di dekat permukiman warga sipil, menunjukkan eskalasi friksi yang serius.
Perselisihan perbatasan darat antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama beberapa dekade, mengakar pada sejarah panjang klaim teritorial yang tumpang tindih. Dua lokasi yang secara historis menjadi titik sensitif utama dalam sengketa ini adalah kompleks kuil Ta Moan Thom dan, yang paling menonjol, kuil Preah Vihear.
Kuil Preah Vihear, yang statusnya diserahkan kepada Kamboja oleh Mahkamah Internasional pada tahun 1962, telah lama menjadi sumber ketegangan. Situasi semakin memburuk pada tahun 2008 ketika Kamboja berupaya mendaftarkannya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, yang memicu serangkaian insiden dan peningkatan ketegangan militer di perbatasan.
Sebagai respons terhadap perselisihan yang berlarut-larut, Kamboja pada bulan Juni menyatakan telah mengajukan permintaan kepada Mahkamah Internasional untuk membantu menyelesaikan sengketa ini. Namun, Bangkok secara konsisten menegaskan bahwa mereka tidak pernah mengakui yurisdiksi pengadilan tersebut, memilih untuk menyelesaikan masalah ini melalui pendekatan bilateral. Sikap ini menyoroti kompleksitas upaya penyelesaian yang sedang berlangsung, kini dengan harapan baru melalui mediasi Malaysia.