PT Pertamina Hulu Energi (PHE) terus memacu produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional melalui dua strategi utama: eksplorasi yang agresif dan penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) atau pengurasan minyak lanjutan. Sebagai pengelola 24 persen wilayah kerja migas di Indonesia, kontribusi PHE sangat signifikan, yakni menyumbang 69 persen dari total produksi minyak nasional dan 39 persen dari produksi gas nasional.
Edi Karyanto, Direktur Perencanaan Strategis Portofolio dan Komersial PHE, menjelaskan bahwa produksi perusahaan saat ini mencapai sekitar 419 ribu barel minyak per hari. Angka ini setara dengan 69 persen dari target produksi minyak nasional yang ditetapkan sebesar 605 ribu barel per hari.
Untuk mempertahankan tingkat produksi yang ada (baseline), PHE mengambil langkah-langkah strategis. Optimasi sumur-sumur eksisting dilakukan melalui berbagai metode, termasuk workover, well service, analisis Inflow Performance Relationship (IPR), dan reparasi. Selain itu, perusahaan juga aktif menambah cadangan baru melalui kegiatan eksplorasi yang difokuskan pada wilayah-wilayah potensial seperti Sulawesi dan Padang Pancuran, Sumatera Selatan.
“Kami berkomitmen untuk terus menambah cadangan migas nasional agar kebutuhan energi domestik dapat terpenuhi,” tegas Edi dalam Forum Migas Tempo yang diselenggarakan di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Lebih lanjut, Edi menuturkan bahwa peningkatan produksi juga diupayakan melalui percepatan monetisasi temuan-temuan eksplorasi minyak dan gas. Ini termasuk pengembangan sumber daya minyak non-konvensional, seperti yang dilakukan di sumur Balam, Rantau, Sumatera Utara.
PHE juga telah mengimplementasikan berbagai teknologi EOR, termasuk Improved Oil Recovery (IEOR) dan Chemical EOR (CEOR), di sejumlah lapangan minyak yang sudah matang, seperti di Blok Rokan dan Duri, Provinsi Riau. Penerapan teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan perolehan minyak dari lapangan-lapangan tersebut.
Namun, PHE menghadapi tantangan serius. Edi mengungkapkan bahwa tingkat penurunan produksi (decline rate) lapangan migas yang dikelola PHE saat ini mencapai 20 hingga 21 persen per tahun. Jika tidak ada intervensi yang signifikan, Indonesia berpotensi kehilangan produksi minyak hingga 419 ribu barel per hari dalam lima tahun mendatang.
Menyadari hal tersebut, Edi menargetkan agar PHE dapat menjaga rasio cadangan terhadap produksi (reserve to production/R2P) minimal 7 tahun melalui risk replacement ratio sebesar 100 persen. “Upaya kami antara lain adalah optimasi produksi dan mencari temuan eksplorasi dengan dampak yang signifikan (high impact). Kami mengharapkan dukungan dari SKK Migas dan Ditjen Migas, yang selama ini sudah sangat membantu. Tinjauan kembali terhadap termin fiskal yang ada juga diperlukan agar intensi perusahaan untuk melakukan eksplorasi dapat terwujud,” pungkasnya.