S&P 500 & Nasdaq Terkoreksi: The Fed dan RUU Pajak Trump Biang Kerok?

Pada perdagangan Selasa, 1 Juli, pasar saham Amerika Serikat menunjukkan pergerakan beragam. Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup melemah tipis, mencerminkan kehati-hatian investor menyusul pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell mengenai pemangkasan suku bunga. Di sisi lain, perhatian pasar juga tertuju pada proses voting RUU pemangkasan pajak dan belanja kontroversial yang diusung oleh Presiden AS Donald Trump di Senat. Menariknya, indeks Dow Jones justru berhasil menguat, kini hanya berjarak sekitar 746 poin dari rekor tertinggi yang dicapainya pada Desember lalu.

Menurut laporan Reuters pada pukul 10:17 pagi waktu setempat, indeks Dow Jones melonjak 189,54 poin (0,43%) menjadi 44.284,31. Kontras, S&P 500 merosot 2,54 poin (0,04%) ke 6.202,41, sementara Nasdaq melemah 32,26 poin (0,16%) menjadi 20.336,87. Pergeseran minor pada S&P 500 dan Nasdaq ini terjadi setelah kedua indeks tersebut baru saja mencatat rekor penutupan tertinggi pada Senin, 1 Juli, yang sekaligus menandai performa kuartalan terbaik mereka dalam lebih dari setahun terakhir. Kenaikan sebelumnya didorong oleh optimisme investor terhadap potensi kesepakatan dagang baru dan harapan pemangkasan suku bunga.

Di balik pergerakan pasar, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell menjadi sorotan utama. Ia kembali menegaskan sikap The Fed untuk “menunggu dan mempelajari lebih lanjut” dampak tarif terhadap inflasi sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Pendirian ini berbanding terbalik dengan desakan Presiden Donald Trump yang menginginkan penurunan suku bunga secara segera dan agresif. Bahkan, muncul kabar bahwa Trump telah menyusun rencana untuk mengganti Powell ketika masa jabatannya berakhir Mei tahun depan, menandai ketegangan antara kebijakan moneter independen The Fed dan agenda fiskal pemerintah.

Selain kebijakan moneter, pasar saham AS juga menaruh perhatian besar pada perkembangan RUU Pajak “One Big Beautiful Bill” yang diinisiasi Trump. Rancangan undang-undang ini tengah menghadapi serangkaian voting amandemen yang alot di Senat, dengan perkiraan akan menambah utang nasional sebesar 3,3 triliun dolar AS. Perpecahan internal dalam Partai Republik terkait isu utang negara membuat upaya menyatukan suara mayoritas menjadi tantangan. Untuk menutupi sebagian biaya pemangkasan pajak, RUU ini mengusulkan pemotongan dana Medicaid dan program bantuan pangan bagi warga berpenghasilan rendah. Meskipun Trump menyatakan terbuka untuk memperpanjang tenggat waktu 4 Juli yang ia berikan kepada Senat, Menteri Keuangan Scott Bessent memperkirakan voting final dapat rampung pada Selasa sore waktu setempat. Namun, ketidakpastian masih menyelimuti prospek kelulusan RUU ini. “Versi yang kita dengar saat ini belum tentu yang akan lolos. Ketidakpastian itu masih membayangi pasar,” ujar Kim Forrest, CIO Bokeh Capital Partners, mencerminkan sentimen investor.

Di sektor saham individual, Tesla mencatat penurunan 4,5% setelah CEO Elon Musk kembali berselisih dengan Trump terkait subsidi dan kebijakan pajak. Konflik ini muncul di tengah kabar bahwa pemerintah AS tengah meninjau ulang berbagai insentif yang diterima oleh perusahaan-perusahaan milik Musk. Lebih lanjut, performa Tesla juga dibayangi oleh laporan penurunan penjualan bulanan keenam berturut-turut di Swedia dan Denmark pada Juni, menambah tekanan pada saham perusahaan mobil listrik tersebut.

Di tengah gejolak politik dan kebijakan moneter, optimisme pasar secara keseluruhan tetap terasa, terlihat dari kenaikan S&P 500 dan Nasdaq ke rekor tertinggi sehari sebelumnya. Ini mencerminkan pemulihan sentimen investor setelah sebelumnya sempat tertekan oleh kebijakan perdagangan Trump dan ketegangan geopolitik. Kini, pasar kembali bertaruh pada potensi besar dari dorongan kecerdasan buatan (AI) dan momentum kinerja kuat dari para emiten untuk mempertahankan reli pasar saham. Optimisme ini juga didukung oleh data terbaru yang menunjukkan peningkatan tak terduga dalam pembukaan lapangan kerja di AS pada Mei, menandakan ketahanan pasar tenaga kerja di tengah ketidakpastian ekonomi dan perdagangan global. Dengan demikian, perhatian investor kini tertuju pada laporan non-farm payrolls yang dijadwalkan rilis Kamis, 4 Juli, yang diperkirakan akan sangat memengaruhi ekspektasi pemangkasan suku bunga mulai bulan ini.

Menurut data dari LSEG, pasar uang saat ini memproyeksikan peluang sebesar 21,2% untuk The Fed menurunkan suku bunga pada Juli, serta mengantisipasi total pemangkasan sekitar 64,5 basis poin hingga akhir tahun. Di luar gambaran indeks utama, pergerakan saham individual juga menarik perhatian. AMC Entertainment merosot 6,5% setelah mengumumkan konversi obligasi senilai 143 juta dolar AS menjadi saham untuk mengurangi beban utang. Sebaliknya, saham operator kasino AS mencatat penguatan signifikan menyusul laporan kenaikan pendapatan perjudian dari otoritas Makau pada Juni. Wynn Resorts melonjak 7,8%, Las Vegas Sands naik 6,5%, dan MGM Resorts International menguat 4,5%, menunjukkan respon positif terhadap perkembangan sektor pariwisata dan hiburan.

Table of Contents

Ringkasan

Pada perdagangan Selasa, 1 Juli, indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup melemah tipis, mencerminkan kehati-hatian investor. Pergerakan ini dipengaruhi oleh pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menegaskan sikap “menunggu dan mempelajari” dampak inflasi sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Selain itu, pasar juga menaruh perhatian pada alotnya proses voting RUU pemangkasan pajak kontroversial yang diusung Presiden AS Donald Trump di Senat.

Koreksi S&P 500 dan Nasdaq terjadi setelah kedua indeks tersebut mencatat rekor tertinggi pada Senin, didorong optimisme kesepakatan dagang dan harapan pemangkasan suku bunga. Meskipun ada ketidakpastian kebijakan, optimisme pasar secara keseluruhan tetap terasa, didukung oleh potensi kecerdasan buatan dan data ketenagakerjaan AS yang menunjukkan peningkatan. Investor kini menantikan laporan non-farm payrolls untuk memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Scroll to Top