Saham Bank Digital: Rekomendasi Terbaik 2024, Potensi Cuan Maksimal!

Saham Bank Digital: Rekomendasi Terbaik 2024

JAKARTA. Di tengah tantangan yang mengharuskan bank-bank konvensional memutar otak demi menjaga profitabilitas, sektor bank digital justru menunjukkan kinerja yang jauh lebih tenang dan menjanjikan. Mayoritas entitas di segmen ini berhasil mencatat pertumbuhan laba yang signifikan, bahkan mencapai dua digit, meskipun secara nilai nominal masih lebih kecil dibandingkan bank raksasa.

Mengacu pada laporan keuangan bank digital hingga Mei 2025, terlihat konsistensi yang kuat dalam pencetakan laba. Yang menarik, beberapa bank digital bahkan menunjukkan ekspansi agresif dengan berhasil membalikkan kerugian menjadi keuntungan, setidaknya dalam lima bulan pertama tahun 2025 ini.

Salah satu yang mencuri perhatian adalah Bank Neo Commerce (BBYB), yang sukses membukukan laba senilai Rp 221,03 miliar pada periode Januari hingga Mei 2025. Capaian ini sangat impresif, mengingat pada periode yang sama tahun sebelumnya, BNC masih mencatat kerugian sekitar Rp 8,6 miliar.

Tak hanya itu, BNC juga berhasil mengungguli performa bank digital lain yang dikenal kuat berkat ekosistem besar di belakangnya. Misalnya, Seabank, yang didukung oleh ekosistem Shopee, hanya membukukan laba Rp 166 miliar, meskipun angka tersebut menunjukkan pertumbuhan sebesar 44,34% Year-on-Year (YoY).

Bank Mega Syariah Bidik DPK Capai Rp 12,6 Triliun di Tahun Ini, Ini Strateginya

Performa laba BNC juga melampaui Bank Jago (ARTO), yang merupakan bagian dari ekosistem GoTo, dengan laba hanya Rp 103 miliar. Kendati demikian, pertumbuhan laba Bank Jago tak kalah impresif, mencapai sekitar 164% YoY.

Selain BNC, ada juga Allo Bank Indonesia (BBHI) yang menunjukkan kinerja laba cukup tinggi, meskipun dengan pertumbuhan satu digit. Allo Bank mencatat laba senilai Rp 188 miliar, atau tumbuh sekitar 9,3% YoY.

Presiden Direktur Allo Bank, Indra Utoyo, menjelaskan bahwa kontribusi utama pertumbuhan laba Allo Bank berasal dari optimalisasi atau peningkatan penyaluran kredit. Ia secara khusus menyoroti segmen Retail Business melalui produk PayLater.

Indra mencatat bahwa jumlah aplikasi PayLater terus meningkat, dengan total kredit yang disalurkan naik lebih dari 200% sepanjang tahun 2024 dan 2025. Sejak diluncurkan pada 20 Mei 2022 hingga Juni 2025, jumlah nasabah Allo Bank juga terus bertumbuh, mencapai lebih dari 12,5 juta nasabah di seluruh Indonesia.

“Mengingat Allo Bank terus mencatatkan pertumbuhan kredit Paylater yang cukup tinggi, tentunya harus dapat diimbangi dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang baik agar rasio LDR tetap dapat dikelola secara prudent,” ujar Indra.

Bisnis Manajemen Kas Perbankan Tumbuh Dobel Digit di Semester l-2025

Di sisi lain, Indra mengakui tetap mencermati peningkatan rasio NPL (Non-Performing Loan) industri, terutama pada sektor rumah tangga. Namun, baginya, hal ini bukan alasan untuk menghentikan laju penyaluran kredit konsumtif pada segmen ritel, melainkan momentum untuk mengkalibrasi ulang strategi penyaluran kredit secara lebih selektif, presisi, dan berbasis data.

“Tentu ini menjadi sinyal yang perlu direspons secara hati-hati,” tambahnya.

Lebih lanjut, Amar Bank (AMAR) juga berhasil mencatatkan pertumbuhan laba positif mencapai 24,78% YoY. Dengan pertumbuhan tersebut, laba Amar Bank mencapai sekitar Rp 101 miliar hingga Mei 2025.

Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian, mengungkapkan bahwa bank yang dipimpinnya masih berada pada jalur yang positif dan berhasil mencatat pertumbuhan laba yang konsisten serta signifikan. Menurutnya, kinerja positif ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari strategi yang fokus dan disiplin dalam pelaksanaannya.

“Ada beberapa faktor utama yang menjadi penopang pertumbuhan laba Amar Bank, antara lain karyawan, teknologi, dan fokus pada nasabah,” ujarnya.

Cara Mendapatkan KUR Bank BJB Juli 2025, Target Penyaluran Rp 300 Triliun

Vishal menjelaskan bahwa hasil dari strategi tersebut terlihat cukup nyata, tercermin dalam penyaluran kredit yang tumbuh sehat dari Rp 2,74 triliun pada Mei 2024 menjadi Rp 3,4 triliun di Mei 2025. Ia juga menyatakan bahwa NPL bersih tetap terjaga sesuai ekspektasi, meskipun tidak merinci rasio pastinya. Vishal hanya menegaskan komitmen pihaknya untuk menjaga profitabilitas agar terus meningkat secara berkelanjutan.

“Kami tetap disiplin dalam menyalurkan kredit, menyesuaikan dengan profil risiko dan daya serap pasar, tanpa mengorbankan kualitas portofolio,” tambahnya.

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, berpendapat bahwa saat ini muncul optimisme di kalangan investor mengenai pertumbuhan laba bank digital yang begitu cepat. Ia melihat bank digital berhasil melakukan penetrasi pasar sehingga mampu meningkatkan margin. Namun demikian, ia tetap mengingatkan bahwa secara fundamental, ada faktor ekonomi yang perlu dipantau. Pasalnya, beberapa faktor masih bisa menekan kualitas kredit dan juga pertumbuhan laba.

“Masih harus ada perbaikan dari laba bersih dan outlook suku bunga acuan ke depannya,” ujar Indy.

Di antara bank digital, Indy memilih saham Bank Jago yang dinilai cukup menarik saat ini karena fundamentalnya menunjukkan pemulihan. Ia menargetkan ARTO berada di harga Rp 2.300 per saham.

Hingga akhir pekan lalu (4/7), harga ARTO ditutup menurun 1,43% dari harga hari sebelumnya menjadi Rp 1.720 per saham. Sejak awal tahun, harga ARTO juga sudah merosot cukup dalam, mencapai 29,22%.

ARTO dengan PER masih cukup tinggi jadi bisa buy on weakness saja,” tandasnya.

ARTO Chart by TradingView

Ringkasan

Sektor bank digital menunjukkan kinerja menjanjikan pada awal tahun 2025, mayoritas mencatat pertumbuhan laba signifikan dan bahkan membalikkan kerugian. Bank Neo Commerce (BBYB) memimpin dengan laba Rp 221,03 miliar (Januari-Mei 2025), mengungguli Bank Jago (ARTO) yang labanya mencapai Rp 103 miliar dengan pertumbuhan 164% YoY. Allo Bank (BBHI) membukukan laba Rp 188 miliar, didorong optimalisasi penyaluran kredit PayLater, sementara Amar Bank (AMAR) mencatat laba Rp 101 miliar berkat strategi fokus pada nasabah.

Pertumbuhan laba bank digital didorong oleh optimalisasi penyaluran kredit dan penetrasi pasar yang kuat, namun analis menyarankan pemantauan faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas kredit. Bank Jago (ARTO) dinilai menarik oleh analis karena pemulihan fundamentalnya, dengan target harga Rp 2.300 per saham, disarankan untuk “buy on weakness” mengingat harga saat ini.

Scroll to Top