Pacaran dengan Si Penghindar? Ini Cara Hadapi Avoidant Attachment!

Pinjam Indonesia, JAKARTA – Setiap hubungan asmara, dari yang baru bersemi hingga yang telah lama terjalin, pasti menghadapi riak-riak permasalahan. Perbedaan pendapat adalah hal lumrah, begitu pula perasaan yang kadang sulit diungkapkan. Namun, dinamika hubungan bisa menjadi lebih menantang ketika salah satu pasangan memiliki gaya keterikatan menghindar (avoidant attachment).

Apakah Anda merasa pasangan Anda cenderung menjaga jarak, atau kesulitan membangun keintiman emosional? Mungkin saja ia memiliki kecenderungan avoidant attachment. Mari kenali tanda-tandanya dan pelajari cara efektif menghadapi tantangan dalam hubungan dengan pasangan yang memiliki gaya keterikatan ini.

Apa Sebenarnya Avoidant Attachment Itu?

Menurut brianamacwiliam.com, avoidant attachment adalah pola keterikatan di mana seseorang cenderung menarik diri secara emosional dari hubungan, terutama saat hubungan tersebut mulai memasuki fase yang lebih serius.

Awalnya, pasangan dengan gaya keterikatan ini mungkin tampak dekat dan mesra. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin mendalamnya hubungan, mereka mulai merasa terkekang atau terbebani, sehingga dorongan untuk menjauh pun muncul.

Dari Mana Asalnya Avoidant Attachment?

Medicalnewstoday.com pada hari Sabtu (22/3/2025) menjelaskan bahwa akar penyebab utama avoidant attachment seringkali terletak pada pengalaman masa kecil. Ketidaktersediaan atau kurangnya respons emosional dari orang tua atau pengasuh dapat membuat seorang anak belajar untuk mengabaikan kebutuhan emosionalnya sendiri.

Ketika merasa kecewa atau terganggu, mereka cenderung memendam perasaan dan belajar untuk mengandalkan diri sendiri. Pola ini kemudian terbawa hingga dewasa, memengaruhi cara mereka menjalin hubungan.

Lalu, Bagaimana Cara Menghadapi Pasangan dengan Avoidant Attachment?

Berdasarkan informasi dari attachmentproject.com, berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda terapkan:

1. Gunakan Bahasa yang Lembut. Komunikasi yang penuh kasih adalah kunci utama. Hindari nada bicara yang keras atau kritikan pedas. Berusahalah untuk selalu berbicara dengan lembut agar pasangan merasa aman dan nyaman.

2. Hindari Taktik Membuat Merasa Bersalah (Guilt-Tripping). Usahakan untuk tidak membuat pasangan merasa bersalah atas perasaan atau perilaku mereka. Alih-alih menyalahkan, fokuslah pada perasaan Anda sendiri tanpa menuduh atau menghakimi.

3. Pastikan Anda Tenang Sebelum Berkomunikasi. Sebelum memulai percakapan tentang masalah yang ada, pastikan Anda sudah merasa tenang dan rileks. Hal ini akan membantu Anda menyampaikan pikiran dengan lebih jernih dan menghindari potensi ketegangan yang tidak perlu.

4. Selalu Berpikir Positif tentang Pasangan. Berusahalah untuk selalu meyakini bahwa pasangan Anda memiliki niat baik, meskipun terkadang mereka tampak menghindar atau menjauh. Sikap positif ini akan membantu menjaga keharmonisan hubungan dan meningkatkan saling pengertian.

5. Ciptakan Rasa Aman. Bangunlah lingkungan yang aman dan suportif agar pasangan merasa nyaman untuk terbuka tanpa merasa takut dihakimi atau ditinggalkan.

6. Hindari Kritik Langsung. Saat ingin mengungkapkan perasaan atau ketidaksetujuan, gunakan pernyataan “Saya” untuk menghindari kesan menyalahkan. Misalnya, alih-alih berkata “Kamu selalu menjauh!”, coba katakan “Saya merasa sedih ketika kamu tidak membalas pesanku.” Cara ini akan menciptakan komunikasi yang lebih terbuka dan konstruktif.

Dengan memahami gaya keterikatan pasangan dan menerapkan langkah-langkah di atas, Anda dapat membangun hubungan yang lebih sehat, kuat, dan penuh pengertian, meskipun menghadapi tantangan yang ada.

Scroll to Top