Optimis! Prabowo Ungkap Prediksi Pakar: Ekonomi Indonesia Akan Melesat

PRESIDEN Prabowo Subianto menyoroti angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen dalam pidato kenegaraan di sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada 15 Agustus 2025. Kepala negara menyampaikan angka tersebut sebagai sebuah pencapaian signifikan di tengah gejolak perekonomian global yang terus membayangi.

“Kita telah mencapai kemajuan-kemajuan yang berarti di tengah konflik politik, konflik ekonomi global, perang dagang, [dan] perang tarif. Ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5 persen, tumbuh [tepatnya] 5,12 persen,” tegas Prabowo dalam pidatonya pada sidang tahunan MPR, DPR, dan DPD di Senayan, Jakarta, Jumat. Optimisme ini diperkuat dengan keyakinan para ahli bahwa angka pertumbuhan ekonomi tersebut akan terus menunjukkan peningkatan di masa mendatang.

Angka yang disampaikan Presiden Prabowo sejalan dengan laporan resmi Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year). Capaian ini juga menunjukkan kenaikan yang solid sebesar 4,04 persen dibandingkan kuartal pertama 2025 yang hanya berada di angka 4,87 persen.

Namun, pandangan sejumlah ekonom dan lembaga riset terhadap prospek perekonomian Indonesia di sisa tahun ini cenderung lebih berhati-hati. Permata Institute for Economic Research (PIER), misalnya, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 tidak akan melampaui 5 persen. “Proyeksi kami di keseluruhan tahun ini di kisaran 4,8 sampai dengan 5,1 persen, ataupun poin estimasinya di 4,99 persen,” ungkap Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, dalam acara media briefing PIER Economic Review pada Senin, 11 Agustus 2025.

Faktor-faktor seperti tarif resiprokal Amerika Serikat yang baru berlaku pada Agustus tahun ini disebut menjadi salah satu penghambat potensial bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Oleh karena itu, Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank, Faisal Rachman, menyarankan pemerintah untuk meningkatkan belanja, terutama demi mendorong konsumsi kelompok menengah ke bawah. “Karena kalau kita bicara tentang golongan kelas menengah, mereka itu adalah yang mendorong ekonomi kita sehari-hari,” jelasnya, menekankan peran vital masyarakat dalam pergerakan roda ekonomi.

Senada dengan pandangan tersebut, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) juga beranggapan bahwa pencapaian pertumbuhan di atas 5 persen masih menjadi tantangan di tahun ini. Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, memperkirakan kinerja ekonomi pada triwulan III 2025 kemungkinan masih di bawah 5 persen. Peluang untuk mencapai target tersebut baru dapat terwujud pada kuartal keempat, asalkan pemerintah meluncurkan serangkaian stimulus yang efektif.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani sendiri telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam rapat kerja bersama DPR pada Selasa, 1 Juli 2025, ia menurunkan proyeksi menjadi 4,7-5 persen, dari target pemerintah sebelumnya sebesar 5,2 persen untuk tahun ini.

Proyeksi dari lembaga internasional pun turut memperkuat narasi kehati-hatian. Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,7 persen pada 2025, berdasarkan laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2025. Angka ini mengalami penurunan dari proyeksi Januari 2025 yang sempat mencapai 5,1 persen. Selanjutnya, untuk tahun 2026, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 4,8 persen, dengan harapan baru bisa menyentuh angka 5 persen pada tahun 2027.

Scroll to Top