Gentle Parenting: Panduan Lengkap dari Pakar + Tips Praktis!

Pinjam Indonesia – Meninggalkan pola asuh tradisional yang cenderung otoriter, sebagian orang tua kini beralih ke pendekatan yang lebih lembut, yaitu gentle parenting. Pola asuh ini semakin populer dan banyak diminati.

Salah satu figur publik yang menerapkan gentle parenting adalah aktris Nikita Willy. Tak heran, banyak pengikutnya di Instagram yang penasaran dan kerap bertanya tentang bagaimana ia menerapkan pola asuh ini dalam kesehariannya.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan gentle parenting?

Mengenal Gentle Parenting

Gentle parenting menawarkan pendekatan yang kontras dengan pola asuh tradisional. Menurut dokter anak Karen Estrella, MD, dari Cleveland Clinic (10/03/2025), pola asuh ini berpotensi memberikan dampak positif bagi perkembangan anak di masa depan.

Secara sederhana, gentle parenting adalah metode pengasuhan yang mengedepankan kelembutan. Tujuannya adalah untuk membentuk anak-anak yang percaya diri, mandiri, dan bahagia, dengan menanamkan nilai-nilai empati, rasa hormat, pengertian, serta menetapkan batasan yang sehat.

Perbedaan mendasar antara gentle parenting dan pola asuh tradisional terletak pada fokusnya. Jika pola asuh tradisional lebih menekankan pada hukuman dan penghargaan sebagai alat kontrol perilaku, maka gentle parenting lebih berfokus pada perkembangan anak yang sesuai dengan usianya.

Dalam pola asuh tradisional, anak yang menunjukkan perilaku baik akan diganjar hadiah, seperti aktivitas menyenangkan, camilan, atau pujian. Tujuannya jelas, untuk mendorong pengulangan perilaku positif.

Sebaliknya, ketika anak melakukan kesalahan, hukuman seringkali menjadi pilihan, termasuk tindakan fisik seperti memukul. Padahal, tindakan seperti ini sangat tidak dianjurkan dalam pengasuhan anak.

Berbeda dengan pendekatan tersebut, gentle parenting mengutamakan peningkatan kesadaran diri anak dan pemahaman mereka terhadap perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, anak diajak untuk belajar dari kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

“Idenya adalah untuk menjadi seorang pelatih bagi anak, bukan sekadar pemberi hukuman,” jelas dr. Estrella, menekankan peran orang tua dalam membimbing anak.

Pola Asuh yang Kolaboratif dan Lembut

Seperti yang dilansir dari Parents, gentle parenting juga dapat diartikan sebagai cara mengasuh anak tanpa menggunakan rasa malu, menyalahkan, atau menghukum sebagai alat pendisiplinan. Pendekatan ini menekankan kemitraan dan kerja sama antara orang tua dan anak.

Dalam pola asuh kolaboratif ini, baik orang tua maupun anak memiliki peran aktif. Orang tua bertindak sebagai pembimbing yang penuh kasih sayang, bukan sebagai sosok otoriter yang mendikte.

Gentle parenting adalah gaya pengasuhan di mana orang tua tidak memaksa anak untuk berperilaku baik dengan cara menghukum atau mengendalikan,” ungkap Danielle Sullivan, seorang parenting coach.

Sebaliknya, orang tua menggunakan koneksi emosional, komunikasi yang efektif, dan metode demokratis lainnya untuk membuat keputusan bersama sebagai sebuah keluarga. Keterlibatan anak dalam proses pengambilan keputusan ini menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab.

Pola asuh yang lembut ini bertumpu pada empat elemen utama, yaitu empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan yang jelas. Keempat elemen ini menjadi fondasi dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis antara orang tua dan anak.

Gentle parenting mengajarkan anak bahwa mereka dapat aktif di dunia, menetapkan batasan mereka sendiri, memercayai kebutuhan mereka, dan menyuarakan pendapat mereka,” terang Sullivan. Dengan demikian, anak tumbuh menjadi individu yang berani, mandiri, dan percaya diri.

Scroll to Top