Ekspor Elektronik Batam Melesat
Menteri Perdagangan, Budi Santoso, secara resmi melepas pengiriman ekspor komponen elektronik canggih senilai US$ 15 juta dari fasilitas produksi PT Excelitas Technologies Batam. Pelepasan ekspor ini, yang berlangsung di Batam, Kepulauan Riau pada Kamis, 14 Agustus 2025, menandai langkah penting bagi industri nasional. Produk-produk berteknologi tinggi ini ditujukan ke pasar global, termasuk Singapura, Jerman, Inggris, dan Cina, memperkuat posisi Indonesia di rantai pasokan elektronik internasional.
Komponen-komponen vital yang diekspor ini mencakup sensor inframerah, sensor panas (thermo sensor), dan intense pulse lamp. Kecanggihan teknologi ini membuatnya esensial dalam berbagai perangkat modern, mulai dari termometer medis, lampu dan kamera CCTV bersensor gerak untuk keamanan, hingga perangkat hair removal. Ini menunjukkan kapabilitas industri manufaktur elektronik Indonesia dalam menghasilkan produk berpresisi tinggi yang dibutuhkan pasar global.
Menteri Budi Santoso menyoroti transformasi signifikan dalam struktur ekspor Indonesia. Beliau mengungkapkan bahwa pada tahun 2012, ekspor didominasi oleh barang mentah sebesar 70 persen, sementara produk industri hanya 30 persen. Namun, saat ini, komposisi tersebut telah bergeser drastis, dengan 83 persen merupakan hasil pengolahan industri, dan sisanya berasal dari pertambangan serta pertanian. “Pergeseran ini selaras dengan konsep hilirisasi yang kami dorong,” ujar Menteri, menunjukkan keberhasilan strategi nilai tambah dalam negeri.
Sejalan dengan visi hilirisasi industri, Kementerian Perdagangan terus proaktif dalam membuka dan mempersiapkan pasar ekspor. Komitmen ini diwujudkan melalui serangkaian perjanjian perdagangan internasional yang progresif. Beberapa di antaranya adalah Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-EU CEPA) yang telah mencapai kesepakatan substansial, membuka potensi tarif nol persen bagi produk Indonesia. Selain itu, Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (FTA) dan Indonesia-Canada CEPA telah rampung dan siap ditandatangani, sementara Indonesia-Peru CEPA baru saja ditandatangani pada 11 Agustus 2025. Inisiatif ini krusial untuk memperluas jangkauan produk hilirisasi Indonesia di kancah global.
Mengingat pentingnya akses pasar, Menteri Budi Santoso juga menekankan urgensi sosialisasi manfaat perjanjian dagang kepada para pelaku usaha, khususnya di pusat industri seperti Batam. “Para eksportir wajib memahami secara menyeluruh keuntungan dari setiap perjanjian dagang yang telah kita sepakati,” tegas Budi. Hal ini bertujuan agar potensi maksimal dari kesepakatan tersebut dapat dioptimalkan, yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor Indonesia secara signifikan.
Data dari Kementerian Perdagangan periode 2020-2024 menggarisbawahi potensi besar industri elektronik global. Permintaan produk elektronik dunia terus menunjukkan tren pertumbuhan yang kuat, mencapai 4,75 persen. Pada tahun 2024 saja, total nilai impor produk elektronik secara global menyentuh angka fantastis US$ 5,20 triliun, sebuah pasar yang amat luas. Kondisi ini menjadi peluang emas yang harus dimanfaatkan optimal oleh pelaku usaha sektor elektronik Indonesia. Dengan nilai ekspor sebesar US$ 17,21 miliar pada tahun 2024, Indonesia berhasil menempati peringkat ke-33 sebagai eksportir elektronik dunia, didukung oleh tren pertumbuhan yang mengesankan sebesar 10,28 persen selama empat tahun terakhir.
Dalam kesempatan yang sama, Senior Director of Operations PT Excelitas Technologies Batam, Yohanes Kristanto, menyampaikan kebanggaan perusahaan atas pencapaian ini. Perusahaan yang telah beroperasi selama 31 tahun di Batam tersebut kini mempekerjakan hampir 2.000 karyawan lokal, dengan hanya satu ekspatriat. “Ini adalah bukti nyata bahwa proses alih teknologi dan transfer keahlian telah berjalan sangat sukses di Indonesia,” ujar Yohanes. Ia menambahkan bahwa seluruh proses produksi di perusahaan tersebut kini sepenuhnya digerakkan oleh tenaga kerja putra-putri bangsa. Pelepasan ekspor ini, menurutnya, tidak hanya menunjukkan kemampuan manufaktur lokal, tetapi juga menjadi simbol kolaborasi kuat antara pemerintah dan sektor swasta dalam memajukan industri strategis nasional.