Efek Perceraian Orang Tua
Pinjam Indonesia – Perceraian orang tua meninggalkan luka mendalam pada anak, memicu beragam dampak emosional, mulai dari kebingungan hingga penarikan diri. Lebih jauh lagi, pengalaman pahit ini berpotensi membentuk pandangan mereka tentang cinta dan hubungan di masa depan.
Menurut Gloria Siagian, M.Psi., seorang psikolog anak dari Mykidz Clinic BSD, Kabupaten Tangerang, “Anak-anak belajar tentang hubungan pertama kali dari orang tua. Perceraian orang tua dapat secara signifikan memengaruhi cara mereka memandang hubungan romantis kelak,” ujarnya kepada Pinjam Indonesia, Senin (10/3/2025).
Melihat orang tua berpisah membekas dalam benak anak. Mereka mungkin menganggap perceraian sebagai sesuatu yang lazim dalam pernikahan. Pengalaman ini membentuk persepsi mereka tentang komitmen dan stabilitas dalam hubungan.
“Hubungan orang tua dapat memicu berbagai respons pada anak. Mereka bisa menjadi tidak percaya pada cinta, terjerumus dalam ‘bucin’ (budak cinta), atau bahkan kehilangan kepercayaan pada pernikahan sepenuhnya,” jelas Gloria, menekankan betapa kompleksnya dampak perceraian terhadap psikologi anak.
Kecenderungan menjadi “bucin” seringkali muncul karena adanya kebutuhan mendalam akan afeksi. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang bercerai mungkin merasa kekurangan kasih sayang, terutama dari sosok orang tua yang tidak lagi tinggal bersama mereka.
Sebagai contoh, anak perempuan yang tidak mendapatkan cukup perhatian dari ayahnya setelah perceraian cenderung mencari validasi dan afeksi dari laki-laki ketika dewasa. Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi di masa kecil mendorong mereka untuk mencari pengganti di kemudian hari. “Situasi ini sering kali berkaitan dengan fenomena *fatherless*, di mana anak perempuan tidak lagi memiliki figur ayah yang hadir dalam hidupnya,” terang Gloria.
Di sisi lain, pengalaman perceraian orang tua juga dapat menimbulkan ketakutan akan komitmen. Anak mungkin enggan untuk menikah karena trauma masa lalu. Mereka khawatir akan mengulangi kesalahan orang tua dan berakhir dengan perceraian yang menyakitkan.
“Memang, kita tidak bisa mencegah perceraian. Namun, kita bisa membantu anak-anak untuk memproses emosi dan perasaan mereka terkait perceraian tersebut,” kata Gloria, menekankan pentingnya dukungan emosional bagi anak.
Oleh karena itu, Gloria menyarankan agar orang tua yang mendapatkan hak asuh anak menjelaskan alasan perceraian secara bertahap dan sesuai dengan usia anak. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting untuk membantu anak memahami situasi yang terjadi.
“Proses diskusi dan mendengarkan perasaan anak sangatlah krusial. Orang tua perlu memberikan ruang bagi anak untuk mengungkapkan kesedihan dan kehilangan mereka. Dengan demikian, anak dapat memproses emosi mereka dengan lebih baik dan membangun ketahanan mental,” pungkasnya.
Ringkasan
Perceraian orang tua dapat meninggalkan dampak emosional mendalam pada anak, mempengaruhi pandangan mereka tentang cinta dan hubungan di masa depan. Psikolog anak, Gloria Siagian, menjelaskan bahwa anak-anak belajar tentang hubungan dari orang tua mereka, sehingga perceraian dapat mengubah persepsi mereka tentang komitmen dan stabilitas dalam hubungan romantis.
Dampak perceraian dapat memicu berbagai respons, seperti ketidakpercayaan pada cinta, kecenderungan menjadi “bucin”, atau ketakutan akan komitmen. Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan emosional, menjelaskan alasan perceraian secara bertahap, dan memberikan ruang bagi anak untuk mengungkapkan perasaan mereka agar mereka dapat memproses emosi dengan baik dan membangun ketahanan mental.