Banyak orang yang memulai usaha kuliner rumahan karena dianggap memiliki modal lebih kecil dan risiko yang lebih rendah. Namun, tidak sedikit juga pelaku usaha makanan homemade yang merasa usahanya ramai pembeli tetapi keuntungan justru tipis atau bahkan tidak ada sama sekali. Masalah ini sering muncul karena kesalahan dalam cara menghitung biaya produksi makanan homemade dengan tepat sejak awal.
Mengelola bisnis makanan, meskipun skalanya kecil, tetap membutuhkan perhitungan biaya yang matang. Ini bertujuan agar harga jual tidak terlalu rendah yang membuat rugi, dan tidak terlalu tinggi yang membuat konsumen enggan membeli. Oleh karena itu, memahami cara menghitung biaya produksi makanan homemade harus menjadi langkah dasar sebelum memulai penjualan.
Artikel ini akan membahas secara lengkap apa saja komponen biaya yang termasuk dalam biaya produksi, bagaimana cara menghitungnya, hingga bagaimana menentukan harga jual yang ideal agar usaha tetap menguntungkan.
Pentingnya Menghitung Biaya Produksi Bisnis Makanan
Sebelum membahas teknis perhitungan, penting untuk mengetahui alasan mengapa perhitungan biaya produksi tidak boleh dilakukan sembarangan.
Kesalahan Perhitungan Dapat Mengurangi Keuntungan
Banyak pelaku usaha hanya menghitung harga bahan baku, tanpa memperhitungkan gas, listrik, kemasan, waktu kerja, atau ongkos distribusi. Akibatnya, harga jual makanan tidak menutupi biaya sebenarnya.
Membantu Menentukan Harga Jual yang Kompetitif
Harga jual yang tepat mempengaruhi daya saing usaha. Tanpa perhitungan yang tepat, bisnis dapat kalah bersaing atau malah kehilangan potensi profit.
Memudahkan Evaluasi dan Pengembangan Usaha
Setelah mengetahui biaya produksi secara rinci, pemilik bisa menentukan strategi: apakah perlu mengubah supplier, mengganti kemasan, atau menaikkan harga.
Dengan kata lain, cara menghitung biaya produksi makanan homemade dengan tepat adalah fondasi penting dalam pengelolaan bisnis kuliner.
Komponen-Komponen Utama dalam Biaya Produksi Makanan Homemade
Untuk dapat melakukan perhitungan biaya, terlebih dahulu harus mengetahui komponen apa saja yang masuk ke dalam biaya produksi.
1. Biaya Bahan Baku
Ini adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan utama pembuatan produk. Misalnya:
- Tepung
- Daging atau ayam
- Sayuran
- Bumbu
- Susu dan telur
Bahan baku adalah komponen terbesar dalam produksi makanan.
2. Biaya Bahan Pendukung
Ini adalah biaya tambahan yang sering tidak diperhatikan tetapi memengaruhi total biaya produksi, misalnya:
- Gas LPG atau listrik (jika menggunakan kompor listrik)
- Minyak goreng
- Es batu
- Air
Biaya ini penting dalam menghitung biaya produksi makanan homemade karena penggunaannya terjadi setiap hari.
3. Biaya Kemasan
Kemasan tidak hanya berfungsi untuk melindungi makanan, tetapi juga sebagai bentuk branding dan daya tarik visual pembeli. Contoh kemasan:
- Kotak makanan
- Cup plastik
- Mika
- Kertas pembungkus
- Label dan stiker
4. Biaya Tenaga Kerja
Walaupun usaha dilakukan sendiri, tenaga kerja tetap harus dihitung. Anggap waktu kerja anda sebagai biaya karena waktu tersebut memiliki nilai ekonomis.
Misalnya, anda menentukan nilai waktu kerja anda Rp 15.000 per jam, dan proses produksi memakan waktu 3 jam, maka biaya tenaga kerja = Rp 45.000.
5. Biaya Overhead
Biaya ini mencakup pengeluaran tidak langsung yang mendukung operasional usaha:
- Internet (untuk promosi online)
- Sewa dapur (jika ada)
- Peralatan yang mengalami penyusutan (mixer, oven, blender)
Walaupun terkadang terlihat kecil, jika diabaikan, usaha bisa salah perhitungan profit.
Cara Menghitung Biaya Produksi Makanan Homemade dengan Tepat
Sekarang masuk ke inti pembahasan: bagaimana menghitung biaya produksi dengan benar.
Untuk memudahkan, langkah-langkah berikut bisa diterapkan pada berbagai jenis makanan homemade seperti kue, snack, frozen food, atau lauk jadi.
Langkah 1 – Hitung Total Biaya Bahan Baku
Hitung semua bahan yang digunakan dalam satu kali proses produksi. Pastikan menghitung per unit, bukan per kemasan besar.
Contoh:
Jika anda membeli tepung 1 kg seharga Rp 14.000, tetapi hanya memakai 250 gram, maka biaya material tepung adalah:
250/1000 × Rp 14.000 = Rp 3.500.
Lakukan hal yang sama untuk setiap bahan.
Langkah 2 – Hitung Biaya Bahan Pendukung
Walaupun sulit diukur karena tidak terlihat langsung, anda bisa menghitung biaya pendukung dengan metode estimasi.
Contoh Estimasi:
Gas LPG 3 kg = Rp 25.000 dan biasanya habis dalam 5 hari produksi.
Jika dalam satu hari anda memproduksi 50 porsi makanan, maka:
Biaya gas per porsi = Rp 25.000 : (5 × 50) = Rp 100.
Lakukan penyesuaian sesuai kondisi dapur anda.
Langkah 3 – Hitung Biaya Kemasan per Porsi
Jika satu kemasan cup plastik berharga Rp 1.000 dan sticker Rp 500, maka biaya kemasan = Rp 1.500 per porsi.
Jika menggunakan kardus mika, pastikan biaya dihitung per unit, bukan per pak.
Langkah 4 – Hitung Biaya Tenaga Kerja
Jika anda memproduksi makanan selama 3 jam sehari dan menilai waktu kerja anda Rp 15.000 per jam, biaya tenaga kerja = 3 × Rp 15.000 = Rp 45.000.
Jika dalam satu batch anda menghasilkan 30 porsi, maka biaya tenaga kerja per porsi:
Rp 45.000 : 30 = Rp 1.500.
Langkah 5 – Tambahkan Biaya Overhead
Biaya ini sifatnya pembagian dari biaya bulanan.
Contoh:
Jika biaya perawatan dapur dan internet bulanan Rp 150.000, dan anda memproduksi 20 hari dalam sebulan:
Rp 150.000 : (20 hari × 50 porsi/hari) = Rp 150 per porsi.
Langkah 6 – Hitung Total Biaya Produksi
Total biaya per porsi = Biaya bahan baku + biaya pendukung + biaya kemasan + biaya tenaga kerja + biaya overhead.
Jika total biaya per porsi = Rp 7.000, maka itu adalah biaya produksi dasar.
Cara Menentukan Harga Jual agar Mendapat Keuntungan
Setelah biaya produksi diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan harga jual. Umumnya, bisnis kuliner menggunakan rumus:
Harga Jual = Total Biaya Produksi + Margin Keuntungan
Margin keuntungan yang ideal berkisar antara 30% hingga 60%, tergantung jenis makanan dan segmentasi pasar.
Contoh:
Jika total biaya produksi = Rp 7.000 dan anda ingin margin 40%
Harga jual = Rp 7.000 + (40% × Rp 7.000) = Rp 7.000 + Rp 2.800 = Rp 9.800.
Anda bisa membulatkan harga menjadi Rp 10.000 per porsi.
Dengan demikian, keuntungan tetap terukur dan harga tidak terlalu tinggi untuk konsumen.
Kesalahan Umum dalam Menghitung Biaya Produksi Makanan Homemade
Tidak Menghitung Tenaga Kerja
Banyak orang merasa karena memasak sendiri, maka tidak perlu dihitung. Padahal, tenaga adalah aset usaha.
Mengabaikan Penyusutan Peralatan
Mixer atau kompor tidak akan selamanya berfungsi, sehingga nilai penyusutan harus diperhitungkan.
Menghitung Bahan Secara Sederhana
Menghitung biaya dengan metode kira-kira akan membuat angka akhir tidak akurat.
Tips Agar Usaha Makanan Homemade Menghasilkan Keuntungan Lebih Banyak
Gunakan Supplier Bahan Baku Grosir
Harga per unit akan jauh lebih murah.
Produksi dalam Jumlah Stabil
Produksi kecil-kecilan terlalu sering dapat meningkatkan biaya tenaga dan energi.
Gunakan Kemasan yang Efisien
Kemasan cantik penting, tapi tetap harus sesuai budget.
Catat Semua Pengeluaran
Pencatatan rapi = perhitungan akurat = profit lebih jelas.
Memahami cara menghitung biaya produksi makanan homemade dengan tepat adalah kunci utama bagi pelaku usaha kuliner rumahan untuk menjaga kelangsungan bisnis dan memastikan keuntungan. Dengan memasukkan semua komponen biaya—mulai dari bahan baku, energi, kemasan, tenaga kerja, hingga biaya overhead—anda dapat menentukan harga jual secara realistis dan kompetitif.
Semakin disiplin dalam menghitung biaya produksi makanan homemade, semakin kuat fondasi bisnis yang anda bangun. Ingat bahwa perhitungan ini tidak hanya membantu menentukan harga jual, tetapi juga membantu pengembangan usaha dalam jangka panjang.
Temukan Dapatkan informasi terkini tentang bisnis, keuangan, dan otomotif di Pinjam.gadaibpkb.co.id. Pelajari cara pinjam dana aman dengan jaminan BPKB mobil atau motor untuk mendukung kebutuhan finansial anda
