APBN September Defisit Rp 371,5 Triliun, Penerimaan Pajak Kontraksi 2,9 Persen

MENTERI Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengumumkan realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga September 2025. Bendahara negara itu melaporkan sampai akhir September 2025, APBN mengalami defisit Rp 371,5 triliun atau 1,56 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Hingga akhir September 2025, penerimaan negara mencapai Rp 1.863,3 triliun atau 65 persen dari outlook yang ditetapkan. Angkanya lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 2.008,6 triliun.

“Tekanan ini terutama bersumber dari penurunan harga komoditas global yang memengaruhi penerimaan perpajakan, khususunya sektor migas (minyak dan gas) dan tambang,” ucap Purbaya dalam konferensi pers APBN bulanan di kantor Kementerian Keuangan, Selasa, 14 Oktober 2025.

Penerimaan terdiri dari perpajakan yang mencapai Rp 1.516,6 triliun atau mengalami kontraksi 2,9 persen. Penerimaan pajak sebesar Rp 1.295,3 triliun dan bea cukai sebesar Rp 221,3 triliun. Purbaya menyatakan penurunan harga komoditas menyebabkan penerimaan pajak penghasilan PPh badan dan pajak pertambahan nilai (PPN) dalam negeri sedikit tertahan.

Sedangkan belanja negara mencapai Rp 2.234,8 triliun. Atau 63,4 persen dari outlook. Belanja pemerintah pusat tumbuh tipis pada September, dan transfer ke daerah sudah terealisasi Rp 648,4 triliun atau 74,6 persen dari pagu.

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan defisit APBN tahun ini 2,78 persen terhadap PDB. Defisit terjadi saat belanja lebih tinggi dari pendapatan. Dalam APBN 2025, pemerintah menargetkan belanja negara sebesar Rp 3.527,5 triliun dan pendapatan negara Rp 2.865,5 triliun, sehingga defisit anggaran sepanjang tahun ini mencapai Rp 662 triliun.

Pilihan Editor: Kabinet Besar Prabowo Membuat Defisit APBN Bertambah

Scroll to Top