ANTM: Ekosistem Baterai EV Dongkrak Saham Antam? Analisis Lengkap

JAKARTA – Prospek saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam diprediksi akan semakin cemerlang seiring dengan bergulirnya mega proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Momentum positif ini sudah mulai terasa di pasar modal, di mana pada perdagangan Senin (30/6/2025) sesi I, saham ANTM terpantau menguat 90 poin atau 3,06% mencapai Rp3.030. Kenaikan ini turut mengangkat kapitalisasi pasar perusahaan hingga Rp72,81 triliun, dengan valuasi PER 13,14 kali.

Peningkatan optimisme terhadap prospek ANTM ini tak lepas dari langkah strategis pemerintah. Pada Minggu (29/6/2025), Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi. Proyek ambisius ini merupakan hasil sinergi antara Antam, Indonesia Battery Corporation (IBC), serta mitra asing dari konsorsium Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CBL), berlokasi di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, menegaskan bahwa pembangunan fasilitas industri baterai ini adalah wujud nyata dari penguatan hilirisasi nikel nasional. Menurut Nafan, proyek ini diyakini akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap prospek saham ANTM ke depan.

Ia menjelaskan, proyeksi positif terhadap saham ANTM semakin kuat mengingat posisi perusahaan sebagai pemain utama di sektor pertambangan yang kini aktif bergerak menuju hilirisasi dan manufaktur teknologi. Dengan terealisasinya proyek ini, Antam berpotensi besar untuk menikmati peningkatan laba bersih, efisiensi produksi yang lebih baik, serta penguatan valuasi di pasar modal.

Lebih dari sekadar keuntungan korporasi, proyek ini juga membawa efek ekonomi makro yang luas, termasuk peningkatan pertumbuhan daerah dan penciptaan lapangan kerja. Nafan menambahkan, pembangunan ini sekaligus akan memperkuat transisi energi nasional menuju target net zero emission. Bagi para investor dan pelaku pasar, langkah ANTM ini membuka ruang pertumbuhan baru yang lebih berkelanjutan.

Sebagai penyuplai utama bahan baku nikel untuk industri baterai di bawah kendali IBC, Antam akan merasakan manfaat langsung dari terbentuknya rantai pasok yang terintegrasi, baik secara nasional maupun internasional. Nafan menegaskan, “ANTM sebagai penyuplai nikel ke IBC, nanti added value itu yang akan menjadi benefit bagi peningkatan kinerja fundamental ANTM ke depan. Asalkan produk baterai itu bisa terserap dengan baik oleh pasar.”

Secara keseluruhan, proyek ekosistem industri baterai ini dirancang sebagai enam proyek terintegrasi. Lima di antaranya berlokasi di Kawasan FHT Halmahera Timur, dan satu proyek utama berada di Karawang. Dengan total area pengembangan mencapai 3.023 hektare, proyek ini ditargetkan mampu menyerap hingga 8.000 tenaga kerja langsung, serta akan dilengkapi dengan pembangunan 18 proyek dermaga multifungsi.

Tak hanya menjadi bagian integral dari Proyek Strategis Nasional (PSN), kehadiran proyek ini juga memiliki misi penting untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik (EV) di dalam negeri. Nafan kembali menekankan, “Ini juga merupakan bagian dari hilirisasi, dari komitmen ANTM untuk mewujudkan industrialisasi nikel agar bisa meningkatkan added value. Sekaligus juga menciptakan dan mendukung ekosistem berbasis elektrik di Tanah Air.”

Langkah progresif ini dinilai sangat strategis untuk mendongkrak posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri kendaraan listrik global. Terlebih, anak usaha CBL, yakni PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB), siap menjadi pemasok utama baterai untuk berbagai produsen kendaraan listrik serta sistem Battery Energy Storage (BESS).

Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa total investasi untuk proyek raksasa ini mencapai US$5,9 miliar, atau setara dengan Rp96,04 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.278 per US$). Proyek yang menempati lahan seluas 3.023 hektare (Ha) ini direncanakan memiliki masa pembangunan selama lima tahun, yakni dari 2024 hingga 2029. Khusus untuk fasilitas hilir, yaitu pabrik di Karawang, pembangunannya akan berlokasi di lahan seluas 43 Ha.

Menurut Bahlil, proyek ini tidak hanya akan menyerap 8.000 tenaga kerja langsung, tetapi juga diperkirakan menciptakan 35.000 tenaga kerja tidak langsung. Dampak ekonomi yang dihasilkan pun tidak main-main; multiplier effect dari pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai sekitar US$40 miliar per tahun.

Secara lebih rinci, proyek hilirisasi nikel ini mencakup enam sub-proyek utama. Lima sub-proyek akan berfokus di Halmahera, meliputi pengembangan tambang nikel laterit, peleburan pirometalurgi, peleburan hidrometalurgi, produksi material baterai, dan daur ulang baterai. Sementara itu, satu sub-proyek krusial lainnya berada di Karawang, yang khusus menangani manufaktur baterai.

Untuk pabrik baterai lithium ion di Karawang, IBC dan CBL telah membentuk perusahaan patungan bernama PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB). Menurut Bahlil, fasilitas ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pasokan baterai kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi (Battery Energy Storage) untuk pasar domestik maupun global. Menariknya, pabrik ini juga akan mengintegrasikan penggunaan energi tenaga surya hingga 24 MWp, menegaskan komitmen terhadap implementasi energi bersih.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Table of Contents

Ringkasan

Prospek saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) diprediksi semakin cemerlang setelah peletakan batu pertama mega proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi pada 29 Juni 2025. Proyek ini merupakan sinergi antara Antam, Indonesia Battery Corporation (IBC), dan mitra asing Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CBL), berlokasi di Karawang dan Halmahera Timur. Sebagai penyuplai utama nikel, Antam akan merasakan manfaat langsung dari rantai pasok terintegrasi ini, yang diharapkan mendongkrak laba bersih dan valuasi sahamnya.

Proyek strategis senilai US$5,9 miliar ini ditargetkan selesai pada 2029 dan mencakup enam sub-proyek terintegrasi. Pembangunan ini akan menciptakan ribuan lapangan kerja langsung dan tidak langsung, serta memiliki dampak ekonomi makro yang signifikan. Proyek ini juga merupakan bagian penting dari hilirisasi nikel nasional untuk meningkatkan nilai tambah, sekaligus mendukung ekosistem kendaraan listrik dan transisi energi bersih di Indonesia.

Scroll to Top