Mitsubishi Ungkap Alasan Destinator Pilih Mesin 1.5 Turbo

JAKARTA, Pinjam Indonesia – Pasar otomotif Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran pendatang baru yang menarik perhatian, yakni Mitsubishi Destinator. SUV 7-penumpang ini resmi meluncur, memperkaya pilihan di segmen menengah dengan tawaran yang unik.
Meskipun menampilkan desain bongsor dan gagah yang sekilas mengingatkan pada Mitsubishi XForce, Destinator justru ditenagai oleh mesin berkapasitas 1.500 cc turbo. Keputusan ini sempat memunculkan tanda tanya di kalangan konsumen, mengingat umumnya SUV sekelasnya kerap mengandalkan mesin dengan kapasitas yang lebih besar.
Namun, di balik pilihan tersebut, Mitsubishi memiliki visi untuk menghadirkan pendekatan baru dalam menggabungkan efisiensi dan performa optimal tanpa harus bergantung pada mesin berkapasitas masif. Ini adalah strategi yang bertujuan untuk menjawab kebutuhan pasar akan kendaraan yang bertenaga namun tetap irit.
Rifat Sungkar, pebalap reli ternama sekaligus brand ambassador Mitsubishi, memberikan pencerahan mengenai hal ini. Menurutnya, pemahaman mengenai teknologi turbo modern harus diperbarui, karena jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Inilah kunci di balik pemilihan mesin 1.500 cc turbo untuk Mitsubishi Destinator.
“Ada yang harus di-update dulu tentang teknologi. Karena turbo di masa lalu dan masa kini beda. Turbo masa lalu konvensional, kita butuh tenaga, turbonya akan kuat di Rpm atas dan konsumsi bahan bakarnya luar biasa, karena semuanya mekanikal,” jelas Rifat di Jakarta, akhir pekan lalu, menggarisbawahi evolusi teknologi.
Rifat menjelaskan, teknologi turbo modern pada Destinator memungkinkan efisiensi yang setara dengan mesin Naturally Aspirated (NA). Hal ini berkat perbandingan kompresi yang lebih tinggi dan sistem kontrol elektronik yang jauh lebih canggih. Jika mesin turbo konvensional memiliki rasio kompresi sekitar 8:1, dan mesin NA di angka 11:1–12:1, Destinator mampu mencapai rasio kompresi 1:11.
“Sekarang mobil kita banyak belum diketahui, mobil turbo tapi rasio kompresinya mobil NA. Di mobil turbo biasanya rasio kompresinya 8:1. Mobil NA itu 11:1-12:1, kita turbo rasio kompresi 1:11. Jadi ini mobil turbo, tapi konsumsinya seperti mobil bensin (biasa),” papar Rifat, menegaskan bahwa konsumsi bahan bakar kini tidak lagi menjadi kekhawatiran.
Fleksibilitas tenaga menjadi salah satu keunggulan Destinator. Pada kecepatan rendah atau saat kondisi jalan macet (stop and go), kendaraan akan beroperasi layaknya mesin NA 1.500 cc, menjamin keiritan. Namun, ketika tenaga ekstra dibutuhkan, dorongan turbo akan langsung tersedia secara instan, mengubah karakter kendaraan.
“Ketika dia stop and go, dia tenaganya (setara) NA 1.500 cc. Tapi ketika mobil ini butuh turbo, baru keluar conversion kit-nya dikali 1,6–1,7 kali,” rinci Rifat, menggambarkan kemampuan adaptif mesin.
Selain performa dan efisiensi, keputusan Mitsubishi untuk menggunakan mesin berkapasitas lebih kecil namun bertenaga besar ini juga mempertimbangkan berbagai aspek lain. Di antaranya adalah efisiensi pajak kendaraan yang lebih ringan, bobot kendaraan keseluruhan yang lebih optimal, serta emisi karbon yang lebih rendah.
“Mobil kubikasi kecil punya banyak keuntungannya. Secara parts lebih ringan, efisiensinya tinggi, perpajakannya lebih ringan, dan emisi karbon juga enteng,” pungkas Rifat. “Mesin kecil dengan tenaga besar itu yang dulu nggak bisa didapatkan, tapi teknologi Mitsubishi bisa kombinasi itu,” tambahnya, menyoroti inovasi yang ditawarkan.
Sebagai informasi, Mitsubishi Destinator dibekali mesin berkode 4B40, yang merupakan pengembangan lanjutan dari mesin yang sebelumnya digunakan pada Eclipse Cross. Meskipun kodenya sama, Rifat menegaskan bahwa ini adalah generasi yang berbeda dan telah mengalami penyempurnaan.
Hasilnya, mesin Destinator mampu menghasilkan tenaga maksimal 163 Tk dengan torsi puncak 250 Nm. Angka ini meningkat signifikan dibanding tenaga pada Eclipse Cross yang hanya 150 Tk, menunjukkan peningkatan performa mobil yang nyata dan progresif.