Penyebab Perselingkuhan Paling Umum
Tidak ada seorang pun yang menginginkan kisah cintanya kandas di tengah jalan. Semua orang tentu mendambakan hubungan yang romantis dan langgeng selamanya. Namun, ironisnya, tak sedikit hubungan yang harus berakhir karena berbagai faktor, dan perselingkuhan adalah salah satunya.
Perselingkuhan, sebuah kata yang menakutkan, bisa menghampiri siapa saja dan kapan saja. Bahkan, setelah bertahun-tahun menjalin asmara dan membina hubungan yang tampak solid.
Ketika menjadi korban perselingkuhan, wajar jika berbagai pertanyaan menghantui benak. Apa yang salah? Mengapa pasangan yang selama ini setia, tiba-tiba berkhianat? Apakah ada yang kurang dari diri ini?
Tenang, dear! Ingatlah satu hal penting: ini bukan sepenuhnya salahmu! Perselingkuhan memang bisa terjadi karena berbagai alasan kompleks, dan menyalahkan diri sendiri bukanlah solusi. Mari kita bedah 6 penyebab perselingkuhan yang sering terjadi, agar kamu lebih waspada dan bisa mencegahnya.
Falling Out of Love
Istilah “falling out of love” mungkin sudah tak asing lagi di telinga. Secara sederhana, frasa ini menggambarkan kondisi hilangnya perasaan cinta, gairah, atau ketertarikan romantis terhadap pasangan.
Salah satu pemicu perselingkuhan yang umum adalah ketika salah satu pihak mulai merasakan hilangnya “sparks” dalam hubungan, atau berkurangnya intensitas cinta terhadap pasangannya.
Kondisi ini bisa mendorong seseorang untuk mencari “sparks” baru di luar hubungan yang sedang dijalani, dengan berselingkuh sebagai jalan pintasnya.
Masalah Komunikasi
Komunikasi yang buruk bisa menjadi lahan subur bagi perselingkuhan. Ketika pasangan kesulitan menyampaikan kebutuhan dan emosi masing-masing, kesalahpahaman akan mudah terjadi.
Contohnya, jika salah satu pasangan mendambakan lebih banyak quality time bersama, namun tidak mampu mengkomunikasikannya dengan baik, pasangannya mungkin tidak menyadari betapa pentingnya hal tersebut.
Kesenjangan emosional seperti ini dapat mendorong pasangan yang merasa diabaikan untuk mencari “teman” di luar hubungan, di mana mereka merasa dihargai dan didengarkan.
Komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci untuk menjembatani kesenjangan ini dan mencegah situasi di mana kebutuhan yang tidak terpenuhi mendorong seseorang untuk mencari validasi dan keintiman di luar hubungan.
Ketidakmampuan dalam Menyelesaikan Masalah
Alih-alih mencari solusi, sebagian pasangan justru memilih untuk menghindar dan lari dari masalah yang ada. Inilah yang kemudian menjadi pintu masuk bagi perselingkuhan.
Seringkali, daripada menghadapi konflik secara dewasa, salah satu atau kedua belah pihak mencari pembenaran atau pelarian yang justru membuka celah untuk hadirnya orang ketiga.
Tak jarang kita mendengar cerita tentang seseorang yang menemukan rekan kerja yang bisa diajak berbagi masalah dan keluh kesah. Kenyamanan ini, tanpa disadari, bisa menjadi awal dari perselingkuhan.
Tidak heran jika banyak kasus perselingkuhan terjadi di lingkungan kerja, di mana rekan kerja yang penuh simpati menawarkan “bahu untuk bersandar.”
Kurangnya Komitmen
Menurut Psychology Today, kurangnya cinta dan komitmen terhadap pasangan erat kaitannya dengan ketidakpuasan dalam hubungan secara umum. Keduanya seringkali berjalan beriringan.
Dalam hal komitmen, sekitar 41% orang mengaku bahwa rendahnya tingkat komitmen terhadap pasangan menjadi alasan mereka berselingkuh.
Masalah Psikologis
Menurut verywell mind, ciri-ciri narsistik atau gangguan kepribadian tertentu dapat meningkatkan risiko perselingkuhan.
Pada individu dengan narsisme, perselingkuhan mungkin didorong oleh ego dan perasaan superioritas. Selain egois, mereka seringkali kurang memiliki empati, sehingga tidak peduli dengan dampak tindakan mereka terhadap pasangannya.
Adanya Sebuah Peluang
Peluang mengacu pada situasi di mana seseorang berinteraksi dengan calon “selingkuhan” karena lingkungan yang sama, seperti tempat kerja atau komunitas sosial.
Kedekatan dan interaksi yang intens dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya hubungan emosional atau fisik di luar hubungan yang berkomitmen.
Contohnya, seseorang yang sering berinteraksi dengan rekan kerja selama perjalanan bisnis mungkin menemukan diri mereka membentuk ikatan emosional karena pengalaman bersama dan waktu yang dihabiskan bersama. Jika batasan yang jelas tidak ditegakkan, hal ini bisa berujung pada perselingkuhan.